As-Syuhrawardi dan filsafat Isyraqiyyah
Syihab al-Din yahya bin Habasyi ibn Amrak Abu al-Futuh Suhrawardi adalah pencetus filsafat Isyraqiyyah atau yang lebih populer dengan nama iluminasi. Ia dilahirkan di suhrawad di Persia Barat laut pada 549 H/115 M. dan meninggal secara tragis melalui eksekusi di Alepo pada 587 H/1191 M dan karena itulah terkadang disebut Guru yang terbunuh (al-Maqtul).
Filsafat Isyraqiyyah (illuminisme) as-syurahwardi ini merupakan sebuah pengalaman pribadi. Karena filsafat ini lebih menekankan pada epistemologi irfani (spiritual). Titik tekan metode irfani adalah hati. Konsepnya sama seperti filsafat emanasi dalam paripatetisme yang lebih dulu lahir. Dalam Isyraqiyyah wujud mempunyai hirarki-hirarki, dari yang paling atas sampai yang paling bawah. Hanya saja kalau emanasi setiap tingkatan itu diidentikkan dengan intelek, maka kalau dalam iluminasi tingkatan-tingkatan tersebut diidentikkan dengan nur (cahaya).
Mengapa cahaya begitu penting dalam iluminasi? Karena Syuharawardi lebih suka menggunakan local wisdom (kearifan lokal) yang berasal dari nenek moyangnya, yaitu budaya zoroastereisme. Memang wilayah persi kuno adalah terkenal dengan tradisi zoroaster. Bagi Suhrawardi, Zoroasterianisme ini dianggapnya cocok untuk mengungkapkan pemikirannya. Karena, Zoroasterianisme mengembangkan suatu sistem pemikiran yang berbasispertentangan antara cahaya dan kegelapan, sementara filsafatwujud suhrawardi juga berbasis kepada hal yang sama yaitu pencerahan (iluminasi). Filsafat Isyroqiyyah ini lahir diproyeksikan untuk melakukan kritik atau antitesis terhadap filsafat paripatetik yang lebih cenderung rasional.
Pada pokoknya, Suhrawardi mengatakan bahwa prinsip filsafat Isyraqiyyah adalah mendapat kebenaran lewat pengalaman intuitif,kemudian mengelaborasikan dan memverivikasikannya secara logis rasional. Dengan kata lain prinsip dasar iluminasi adalah usaha untuk mmeperoleh kebenaran lewat hati atau intuitif secara total, kemudian menjelaskannya secara rasional atas segala pengalaman yang dicapainya itu.
Untuk mencapai kebenaran intuitif ini tidak semudah membalikkan tangan dan tidak bisasecara instan, namun harsu melalui tahapan-tahapan dalambentuk latihan (riyadloh) atau olah keruhanian. Olah keruhanian ini merupakan pembuka pintu (hijab) yang menghalangi hati dengan kebenaran itu sendiri. Maka kalau hijab ini sudah terbuka, hati akan melihat kelimpahan cahaya yang menjadikan seseorang tercerahkan.
Dalam isyraqiyyah ini minimal ada empat tahapan untuk untuk mencapai pencerahan:
1).dalam tahap ini seseorang harus bersedia menghilangkan nafsu pribadi yang lebih berorientasi pada kenikmatan duniawi. Menurut suhrawardi, sesungguhnya dalam diriseseorang itu terdapat potensi ilahiyyah yang disebutnya dengan kilatan ilahi (al-Barq al-ilah)
Kilatan ilahi akan bisa ditangkap apabila seseorang telah mebebaskan dirinya dari hal-hal yang sifatnya materialis atau jasmaniah. Tahapan ini secara praksis bisa dilakukan dengan cara mengasingkan diri (uzlah/kholwat) selama 40 hari.
2.)setelah lulus tahap pertama,seseorang baru bisa memasuki tahap kedua yaitu tahap iluminasi yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menagkap akan sinar ketuhanan (an-Nur al-Ilah) serta mendapat apa yang disebut cahaya ilham (al-Anwar al-shahihah)
3.) Memasuki tahap ke tiga seseorang berada pada upaya rekonstruksi terhadap pengetahuan yang utuh dengan didsarkan pada logikadiskursif atas segaal apa yang dialaminya.
4.) bentuk pengungkapan atau penulisan pengalaman tersebut.
Filsafat Isyraqiyyah Suhrawardi yang demikian itu dipengaruhi oleh beberapa aliran filsafat lain seperti tasawuf khusunya al-Ghazali danal-Hallaj, paripatetisme khususnya Ibnu shina, Neoplatonisme dan Phytagorisme, hermetisme dan kepercayaan Zoroasterianisme. Namun perlu ditegaskan pula Hikmatul isyraqiyyah ini secara geografis-antropoligis, merupakan tradisi timur yang sudah lama eksis sebelum Suhrawardi lahir. Jadi filsafat Isyraqiyyah ini bisa dikatakan filsafat unik yang menggambarkan peradaban masyarakat tertentu. Karena sangat berakar kuat dengan local wisdom.