Home » , , » Mendidik Wanita Berarti Mendidik Ummat

Mendidik Wanita Berarti Mendidik Ummat

Mendidik Wanita Berarti Mendidik Ummat

Jika anda mendidik seorang pria, maka anda hanya mendidik seorang person. Jika anda mendidik seorang wanita, maka anda telah mendidik seluruh manusia. (Presiden Tanzania, 1980-an)

eramuslim - Pria cenderung lebih rasional jika dibandingkan dengan kebanyakan wanita yang lebih dominan menggunakan perasaan. Atas fakta tersebut, pria lebih berpeluang untuk ‘lebih pintar’ ketimbang lawan jenisnya. Hanya saja, kesimpulan itu sangatlah menggunakan perhitungan yang kasar.

Jika hal itu hanya dilihat dari komposisi pejabat-pejabat tinggi yang ada dalam sebuah negara atau sekedar melihat prosentase dominasi pria dalam suatu perusahaan tertentu, jelas bisa dibilang kesimpulan diatas benar adanya.

Dalam catatan sejarah peradaban Islam, tentu kita mengenal nama-nama Ibnu Sina, Khawarizmi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim, Qurthubi, Ar Razi, Ibnu Katsir. Juga sederet nama lain seperti Hasan Al Banna, Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh serta masih seabreg-abreg nama besar yang tercatat dalam khazanah keilmuan Islam.

Namun, jangan sekali-kali melupakan nama Nusaibah binti Ka’b, Ummu Athiyyah Al Anshoriyyah, Ummu Syarik Al Asadiyah, Al Khansaa’ dan Khulah binti Al Azuur serta banyak pemimpin dan pejuang agung wanita lainnya.

Wanita adalah ibu (calon ibu) dari anak-anak. Kemudian anak-anak itupun akan melahirkan anak-anak mereka dan seterusnya hingga terbentuklah sebuah komunitas masyarakat. Sungguh sangat memprihatin jika saat ini, dengan berbagai kondisi, wanita lebih tidak punya kesempatan untuk menjadi pintar.

Adalah sejarah yang memulainya. Pada ayat 58 Al Qur’an surat An Nahl, Allah berfirman, Bila seorang dari mereka dikabari (mendapat anak) perempuan, maka berubah gelap karena menahan dendam. Ia menghindari orang banyak, karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Akan dipertahankannyakah (dengan akibat menanggung aib), atau akan dikuburkan ke dalam tanah? Sungguh buruk pilihan yang mereka putuskan!.

Pada masanya, Umar bin Khattab pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya karena tidak ingin menanggung malu. Syahdan, pada masa Nabi SAW sekelompok pendeta berkumpul disuatu tempat di Eropa – sebuah daerah dekat Autriche sekarang, dan mereka mengeluarkan statement bahwa wanita adalah kotoran hasil buatan syaitan, wanita diciptakan untuk melayani kaum lelaki, dan diharamkan bagi wanita untuk masuk surga.

Tentu kita masih ingat perjuangan RA Kartini, wanita muslim yang dengan kesadaran agamannya begitu peduli atas nasib kaum wanita pribumi yang tidak berhak mendapatkan pendidikan selayaknya kaum lelaki pada masa kolonialis Belanda. Era setelah Kartini, orang-orang tua kita juga sering memposisikan wanita pada sudut marginal, dengan lebih mengizinkan anak-anak gadisnya ‘memainkan’ cobek dan penggorengan dari pada berkutat dengan buku dan pensil.

Wanita di zaman kiwari seperti sekarang inipun masih diposisikan sebagai suplemen dari laki-laki atau sesuatu yang dikerjakan laki-laki. Lihat saja, betapa wanita ternyata masih menjadi komoditi untuk menaikkan harga jual suatu produk.

Dewa 19, kelompok musik yang sangat digandrungi kalangan muda (termasuk wanita-wanita ABG) itu juga jelas-jelas melecehkan derajat kaum wanita. Lirik lagu mereka menstempeli wanita sekedar menjadi ‘perhiasan sangkar madu’ laki-laki. Dalam lagu yang sama, Dewa menyebut kehadiran wanita didunia sebatas menemani laki-laki, tidak lebih.

Wanita, meski dengan berbagai keterbatasan gendernya, semestinya harus tetap bisa bersikap asertif. Peran wanita harus ditunjukkan bahwa mereka tidak sekedar pelengkap, melainkan penentu maju mundurnya sebuah peradaban. Islam menjamin persamaan hak dan derajat manusia. Dimata Allah, tingkatan manusia tidak ditentukan oleh perbedaaan gender, ukurannya adalah taqwa.

Islam telah mendudukan wanita pada posisinya yang benar agar dapat menunaikan tugasnya dalam kehidupan insani, menciptkan peradaban, dan membuat sejarah dengan sempurna sebagaimana yang dilakukan oleh suadaranya yang lelaki. Segala sesuatu punya spesialisasi, kewajiban dan peranannya masing-masing.

Oleh karena itu, meski disibukkan dengan pekerjaan rumah, menyusui dan menjaga anak serta melayani suami, wanita tetap harus berpendidikan dan senantiasa meng up-grade pengetahuan dan kualitasnya. Akhirnya, akan tumbuh manusia-manusia cerdas yang keluar dari rahim-rahim wanita berpendidikan. Dan kesemuanya itu akan bermuara pada pembentukan komunitas masyarakat yang beradab. (bay)
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah Berkunjung. Blog Berstatus DoFollow.
Para pengurus Makalah Kita Semua Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. NO SPAM, NO SPAM, NO SPAM dan Sejenisnya.

 
 
 

Facebook

Status Makalah Kita Semua


Page Ranking Tool Site Meter
makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog SevenZero TV - Watch Live Streaming TV online My Ping in TotalPing.com
eXTReMe Tracker

Best Friends Yang Rendah Hati

 
Copyright © 2008 - Makalah Kita Semua , All rights reserved.