Home » » LEMBAR HASIL SEMESTER (LHS)

LEMBAR HASIL SEMESTER (LHS)

LEMBAR HASIL SEMESTER
(LHS)
Oleh: Yulia Refyani

Hari ini kami mahasiswa Sebuah perguruan tinggi di Bengkulu, mulai menlakukan registrasi. Yah….. karena ini adalah hari pertama registrasi maka bisa ditebak, para mahasiswa yang melakukan registrasi suangat banyak. Ruangan bendahara ramai, ibu Iti kerepotan. Ruang BAK tempat melihat nilai dan melakukan registrasi ulangpun sangat ramai, ibu Mis kerepotan . Keramaian di BAK ini merupakan tujuan akhir para mahasiswa, yaitu untuk melihat NILAI…..
Sebenarnya seberapa penting sih arti dari sederetan nilai yang tertulis di lembar hasil ujian ini? Saat melihat nilai hasil semester ganjil ini saya sendiri termasuk yang sibuk diantara mahasiswa yang sibuk di BAK.
Waduh, hari ini ramai sekali… itu yang saya rasakan setibanya di Gedung utama perguruan tinggi saya yang yercinta ini.

Kemballi pada topic utama kita” sebarapa panting arti sederetan nilai di LHS?”. Sebenarnya, pertanyaan ini sudah sering sekali saya tanyakan. Pada diri saya dan teman-teman, yang satu tingkat, adik tingkat dan nanti akan saya tanyakan juga keteman-teman yang tingkat atas. InsyaAllah.

Hari ini kalimat Tanya itu terngiang lagi dihati kecil saya, setelah kalimat Tanya itu sudah lama tidak terlontar dari bibir saya. melihat respon teman-teman mahasiswa yang telah selesai melihat hasil semester mereka. Respon yang muncul bermacam-macam mulai dari yang keriangan luar biasa, biasa aja, senyum-senyum, sampai ada teman yang menangis. Itu sih, hanya ekspresi yang dapat saya tangkap, dibalik itu tentu saya tidak tahu apa sebenarnya yang mereka rasakan dari ekspresi itu. Saya sendiri tidak bisa memastikan apakah mereka yang senang luar biasa itu Karena nilainya A semua, atau sebaliknya yang menangis pasti nilainya sangat kecil. Untuk mengetahui semua memang tidak mungkin, tapi dari sebegitu banyak mahasiswa tadi diantaranya saya kenal. Teman saya sebut saja N muka muram, lemas, dan menahan air mata. Setahu saya ekspresi diwajhanya itu menunjukkan kekecewaannya, karena nilainya ada yang C. teman saya F, senang karena nilainya meningkat bayangkan aja dari 11 mata kuliah hanya 4 yang B yang lainnya nilai A ( SubhanaAllah). Nah, teman saya S, I, dan D merupakan mereka yang ekspresinya biasa saja setahu saya memang nilai mereka memenuhi target dan lumayan meskipun tidak terlalu tinggi, tapi tidak terlalu rendah. Nilai mereka sedang-sedang dan saya mengkategorikan teman saya yang terakhir tadi adalah mereka-mereka yang bersyukur…..nggak enak kalo saya nggak cerita diri saya. yah, nilai saya, turun sedikit, kesal tentu saja saya kesal, gak puas tentu saja saya nggak puas. Saya selalu mencoba menanggapi kegagalan sebagai teguran Allah dari kelalaian saya. mungkin saya sombong, munngkin saya memang tidak serius di semaster ini, atau mungki ,mungkin.mungkin dan mungkin..pokoknya, kemungkinan itu adalah kesalahan dari diri saya, yang akan menjadi cambuk bagi saya untuk berusaha lebih keras lagi disemester depan (Allahhuakbar). Saya yakin semua mahasiswa sebenarnya punya potensi dan kemampuan untuk meraih sukses, tinggal seberapa serius usaha mereka dalam mencapai kesuksesan itu

Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surah al-Ra’d, ayat 11. yang berbunyi

Artinya :

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Jadi, kita manusia harus berusaha sebaik mungkin untuk mencapai keberhasilan itu. Keberhasilan dari hasil yang jujur, bukan keberhasilan dari usaha yang tidak jujur. Jujur dalam artian hasil semester memang dari hasil belajar sungguh-sungguh, bukan nyontek atau membeli nilai.

Sebenarnya saya tidak habis fikir, mengapa masih banyak mahasiswa atau siapalah yang menghalalkan segala cara hanya untuk mengejar nilai A. mungkin saya bukan manusia yang sempurna ( tentunya,yang sempurna hanya Allah). Jujur saya juga pernah mencontek, tapi kemudian saya sadar (Alhamdullillah) bahwa nilai yang diperoleh dari mencontek tidak menguntungkan bagi diri saya. mencontek hanya akan memberikan nilai, bukan ilmu.

Beberapa hal buruk dari mencontek:

1. mencontek mengajarkan kita untuk malas

kenapa bisa jadi malas? Bayangkan karena kebiasaan mencontek, kita jadi tidak mau lagi menghapal, belajar, pokoknya malas dan yang terparah kita malas kuliah meskipun kuliah malas untuk memperhatikan dosen. Pokoknya maalaaaas….

2. membuat kita kehilangaan keperayaan diri terhadap kemampuan kita sendiri

tadi malam sudah menghapal, selama 5 bulan lebih sudah belajar secara rutin, dan karena mencontek sedikit, akan membuat kita tidak PD pada kemampuan kita sendiri. Aduh rugi banget ya, sudah belajar, tapi masih mencontek. Jadi, mulai sekaang yakinin dirimu bahwa saya mampu untuk mengerjakan sendiri.

3. dengan menncontek, kita tidak bisa mengukur kemampuan kita sendiri

mencontek berarti kita tidak menunjukkan potensi yang ada dalam diri.nilai semester pada intinya untuk menilai seberapa dalam pemahaman mahasiswa dalam menguasai mater. Nah, kalau kita mencontek bagaimana mungkin nilai semester itu bisa mengukkur kemampuan kita.

4. menzolimi orang lain, dan diri sandiri

mencontek dari teman berrti kita sudah membajak pikiran oaring lain dn itu akan merugikan oaring lain, masa teman sudah susah payah menghafal eh kita enak-anakan yang dapat nialai. Menyalin dari buku, waduh ii lebih para lagi. Dosen ingin melihat kemampuan kita dari ujian yang diadakan, bukan meniali buku. Kalau buku sih nggak usah dinilai lagi, apalagi buku yang jadi pedoman dosen..

5. berdosa (tentunya)

mencontek, malas, tidak PD, menzolimi orang lain itu semua berarti sudah menzolimi diri sendiri. Semuanya telah membuat kita berdosa.

Masih banyak kerugian-kerugian lain dari mencontek yang mungkin tidak tertulis, namun dari beberapa kerugian itu saya hanya berharap kita sadar betapa buruk mencontek itu.

Naïf sekali kalau saya bilang “saya tidak butuh nilai”,hanya saja saya sadar bukan hanya dengan nilai seseorang akan berhasil.

Saya bertanya pada diri sendiri”apa tujuan saya kuliah?”. Untuk mendapat nilai, tentu bukan itu. Saya kuliah ingin mendapatkan ilmu, yang tujuan akhirnya dengan ilmu itu nantinya saya bisa mendapat pekerjaan yang layak. Saya mulai takut, jika nilai yang saya peroleh tidak bisa saya pertanggungjawabkan. saya takut jika nanti saat saya ingin bekerja, nilai yang ada di ijazah saya tidak menggambarkan kemampuan yang saya miliki. Saya takut hal ini akan mencoreng nama perguruan tinggi empat saya menimba ilmu.

Saya bukan orang yang ideal, tapi saya akan berusaha untuk menjadi ideal. Saya akan sangat senang jika saya mendapat nilai bagus, benar-benar hasil dari kemampuan sendiri Saya berharap dengan nilai dan ilmu yang saya miliki saya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Ada kepuasan tersendiri atas nilai yang memang benar-benarhasil dari kerja keras sendiri, meskipun mungkin nilai kita bukan yang tertinggi. Sejujurnya saya lebih percaya bahwa seseorang yang mendapatkan nilai dengan jujur, nilainya tidak pernah kalah dari orang yang mencontek (minimal di hadapan Allah). Satu hal lagi, Allah tidak pernah menyebutkan akan menaikkan beberapa derajat dan memuliakan seseorang karena nilai semesternya tinggi/ A, tapi Allah berjanji dalam firmannya (Q.S al- Mijadallah:11) berikut ini :

Artina:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah berfirman” Niscahya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Jadi, bukan orang yang mendapat nilai A.

Betapa malunya kita, jika hanya mengejar nilai. Perlu diketahui, banyak orang-orang yang menjadi orang sukses tapi dalam hal pendidikan formal tidak mendapat niali yang tinggi, Einsten misalnya. Dan bukan tidak mungkin orang yang mendapat nilai bagus, malah menjadi orang yang kurang beeruntung (koreksi diri kenapa bisa seperti itu?). seseorang yang dalam kuliah memang benar-benar belajar, apa-pun profesinya setelah lulus akan memuaskan hasilnya, dibandingkan dengan mereka yang kuliah hanya mengejar nilai dengan segala cara (halal, haram hantam).

Yuk…teman-teman semua ! mulai sekarang kita buang jauh-jauh tradisi usaha halal, haram hantam, untuk mendapat nilai A di Lembar Hasil Semester. Yakinlah kita kuliah untuk mendapat ilmu, bukan nilai. Bismillahhirrohmanirrohim, kita luruskan niat, kuliah untuk menuntut ilmu (Allahhuakbar).

NILAI BUKAN SEGALA-GALANYA

Wasalammua’laikum Wr. Wb

Bengkulu, 01 Februari 2010

Penulis


Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah Berkunjung. Blog Berstatus DoFollow.
Para pengurus Makalah Kita Semua Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. NO SPAM, NO SPAM, NO SPAM dan Sejenisnya.

 
 
 

Facebook

Status Makalah Kita Semua


Page Ranking Tool Site Meter
makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog SevenZero TV - Watch Live Streaming TV online My Ping in TotalPing.com
eXTReMe Tracker

Best Friends Yang Rendah Hati

 
Copyright © 2008 - Makalah Kita Semua , All rights reserved.