Home » » Mengenal Beberapa Parawi Berdasarkan Thabaqatnya

Mengenal Beberapa Parawi Berdasarkan Thabaqatnya

Oleh : Wisnu Syahid Nur Ikhsan

Ilmu thabaqah itu termasuk bagian dari ilmu rijalu’l-Hadist, karena objek yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad atau hadist. Hanya saja masalahnya berbeda. Kalau di dalam ilmu rijalu’I hadist para rawi membicarakan secara umum tentang hal ihwal,biografi, cara-cara menerima dan memberikan hadist. Sedangkan ilmu thabaqah menggolongkan para rawi-rwai tersebut dalam satu golongan yang sesuaid engan kadar perawi naik itu umur, ilmu dan pengalaman.

A. Rawi Hadist dari Kalangan Sahabat atau Parawi.
Menurut para ulama, yang disebut dengan “sahabat” adalah orang yang bertemu dengan Nabi s.a.w. dalam keadaan beriman dan meninggal dunia sebagai pemeluk Islam. Seorang anak, asal berakal cerdik, bisa saja dimasukkan dalam kategori sahabat . Bahkan anak-anak dengan tingkat kecerdasan lebih rendah, asal sudah dapat memahami pembicaraan dan memberikan jawaban, seperti Al-Hasan dan Al-Husain (putra Ali)
Para ulama membuat beberapa ketentuan, dan apabila salah atu daripadanya terpenuhi, sudah dapat bagi seseorang disebut sahabat Nabi s.a.w, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Sudah diketahui secara luas kesahabatannya, seperti tentang sepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira akan masuk sorga.
b. Dikenal meskipun tidak begitu luas kesahabatannya, seperti Dlimam bin Tsa’labah dan Akasyah bin Muhashshin.
c. Pengukuhan sahabat terkenal bernama bahwa si Fulan adalah sahabat.
d. Pengakuan seseorang yang terkenal adil dan terpecaya dan melingkupi batas waktu yang mungkin.
Hampir semua ahli Hadist sepakat bahwa thabaqat ialah sekumpulan orang yang sebaya dalam usia dan dalam menemukan guru. Para rawi di bagi dalam beberapa thabaqat, yang murni sebagai istilah .
Menurut Ibnu hajar thabaqat perawi terdiri dari 12 thabaqat didalam Al-kutub as-Sittah, anatara lain :
1. Sahabat dengan berbagai tingkatannya.
2. Thabaqat Tabi’I pertama, seperti Sa’id bin Musayyab
3. Thabaqat tabi’in pertengahan, seperti Al-hasan dan Ibnu Sirin.
4. Periwayatan mereka umumnya bersumber dari tabi’in seperti Az-Zuhri dan Qatadah.
5. Thabaqat Tabi’in akhir yang tidak dapat dipastkan bahwa mereka mendengar penuturan hadis secara langsung dari sahabat. Termasuk dalam tahabaqat ini adalah Al-A’masi.
6. Orang-orang yang tampil bersama thabaqat kelima, tetapi dapat dipastikan bahwa mereka tidak pernah bertemu dengan salah seorang sahabat Rasullah s.a.w. Diantara mereka terasuk Ibnu Juraij.
7. Thabaqat atba’ut-tabi’in (sesudah tabi’in) yang pertama, seperti Malik bin Anas dan Sufyan ats-Tsauri.
8. Atba’ut-tabi’in pertengahan, seperti Ibnu Uyainah dan Ibnu Ulayyah.
9. Thabaqat atba’ut-tabi’in akhir. Dalam kelompok ini termasuk Abu Dawud, Ath-Thayalisi dan Asy-Syafi’i.
10. Orang-orang pertama yang mengutip dari atb’ut-tabi’in, yang tidak pernah bertemu dengan para tabi’in, seeprti Ahmad bin Hanbal.
11. Thabaqat pertengahan dari orang-orang yang mengutip atba’ut-tabi’in seperti Adz-Dzuhli dan Al-Bukhari.
12. Orang-orang terakhir yang mengutip dari atba’ut-tabi’in, seperti At-Tirmidzi.
Mengetahui thabaqat para rawi dapat meniadakan banyak kerancuan, mencegah bercampur-aduknya nama-nama dan gelar-gelar yangs serupa. Bagi peneliti, pengetahuan tentang thabaqat akan memberikan mereka pemahaman dan bentuk-bentuk tadlis, inqitha dan irsal.

B. Rawi Hadist dari Kalangan Tabi’in
Para ulama memberikan batasan bahwa tabi’in ialah orang yang pernah bertemu degan sahabat dari beriman kepada nabi s.a.w. serta meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-quran dan al-hadist memebrikan kesaksian tentang keutamaan thabaqat ini. Allah berfirman : “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rela kepada mereka dan merekapun rela kepada Allah.” (At-taubah,100). Rasullah s..w bersabda : “Berbahagialah orang-orang yang melihat orang yang melihatku.” Beliau bersabda : “kurun terbaik adalah kurunku, kemudian orang-orang sesudah mereka.
Ibnu Hiban dan pengikutnya berpendapat bahwa tabi’in adalah satu periode yang dilihat dari segi pertemuan dan mengambil berita dari sahabat. Menurut pendapat lain, tabi’in ialah orang-orang yang mengambil beritanya dari sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga dan kelompok sahabat terdahulu atau generasi sahabat pertama. Mereka mengelompokkan tabi’in menjadi liam belas thabaqat (generasi) dengan di perluas. Dan ada yang mengelompokkan tabi’in menjadi tiga thabaqat (generasi) dengan dipersempit. Yaitu :
1. Orang-orang yang mendengar berita hadis daris epulu orang yang dijanjikan masuk surga, seperti Sa’id bin Al-Musayab, Abi Wail, Abi raja Al-‘Atharidi dan Qaid bin Abi Hajim.
2. Al-Muhadhramun, yakni orang-orang yang menjumpai masa jahiliyah dan masa Islam mereka tidak berkumpul dengan Rasullah s.a.w, seperti Uwais Qarni, Ashhamah An-Najasyi, Syuraih bin Hani, Al-Aswad bin Yazid, Al-Aswad bin Hillal, dan Ka’b Al-Ahbar yang belum masuk Islam pada masa Rasul sekalipun ia meliha Rasul. Orang semacam ini (Ka’b Al-Ahbar) yidak memiliki predikat sahabat.
3. Orang-orang yang lahir pada masa Rasul SAW, dan mereka tidak berkumpul bersama Rasul, seperti Abi Umamah, Muhammad bin Abu Bakar As-Shiddiq.
Dan orang-orang yang bertemu dengan Anas bin Malik, dari Bashrah, dan orang yang bertemu dengan Abdullah bin ‘Aufa dari Kuffah, dan orang yang bertemu dengan As-Saib bin Yazid dari penduduk Madinah, dan orang yang bertemu dengan Abdullah bin Al-Harst, dari Hijaz, dan orang yang bertemu dengan Abi Umamah dari Syam. Dan ada juga membagi thabaqat berdasarkan daerah-daerah, seperti Imam Muhammad bin Sa’ad yang disebutkan di dalam kitab At-Thabaqat Al-Kubra ialah orang-orang Kufah ada sembilan thabaqat, orang-orang Syam ada delapan Thabaqat, orang-orang Bashrah ada delapan Thabaqat dan orang-orang Mesir ada enam Thabaqat dan seterusnya.
C. Rawi Hadist dari Kalangan Tabiit Tabi’in
Periode tabiit tabi’in hanya satu ialah orang-orang yang menyertai dan mengambil hadisnya dari tabi’in sekalipun tidak lama menyertainya, menurut pendapat yang shahih, diantaranya, Imam Malik, Syafi’I, dan Abu Hanifah. Manurut sebagaian pendapat bahwa Abu hanifah adalah dari kalangan tabi’in (bukan tabiit tabi’in).


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mahmud Ali Fayyad.1998.Metodelogi Penetapan Keshahia Hadist.Bandung.CV.Pustakan Setia
Drs.H.S. Agil Husin Munawwar, M.A. 1994. Metode Takhrij Hadist.Semarang:PT.Dina Utama
Comments
4 Comments

4 comments:

Terimakasih untuk infonya. sungguh bermanfaat. Meskipun sekedar pendefinisian, namun sangatlah berguna
Semoga pengetahuan ini membawa berkah bagi kita semua.

terimakasih infonya

Sekarang banyak perakhwi yang menerjemahkan dengan mengikuti nafsu, sehingga harus berhati-hati dalam mengikuti suatu terjemahan.

Do you have a spam issue on this blog; I also am a blogger, and I was wondering your situation; we have developed some nice practices and we are looking to trade techniques with other folks, why not shoot me an e-mail if interested.

Post a Comment

Terima Kasih telah Berkunjung. Blog Berstatus DoFollow.
Para pengurus Makalah Kita Semua Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. NO SPAM, NO SPAM, NO SPAM dan Sejenisnya.

 
 
 

Facebook

Status Makalah Kita Semua


Page Ranking Tool Site Meter
makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog SevenZero TV - Watch Live Streaming TV online My Ping in TotalPing.com
eXTReMe Tracker

Best Friends Yang Rendah Hati

 
Copyright © 2008 - Makalah Kita Semua , All rights reserved.