Home » , » Membangun Harga Diri

Membangun Harga Diri

Minggu, 18 Mei 2003
Membangun Harga Diri
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Semoga Allah memberi kemampuan kepada kita untuk membaca potensi yang telah Allah berikan. Menggali dan mengembangkan diri kita dengan baik sehingga hidup yang sekali-kalinya ini tidak menjadi beban bagi orang lain, bahkan hidup terhormat karena bisa meringankan beban orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya.

Benar, bahwa dalam hidup ini kita pasti membutuhkan orang lain. Itu pasti! Tetapi menikmati hidup dengan membebani orang lain adalah hidup yang tidak mulia. Kita sepakat bahwa para peminta cenderung lebih rendah daripada para dermawan. Orang yang mau meminjam cenderung lebih rendah dibanding dengan orang yang memberi pinjaman. Orang yang berharap pertolongan kepada manusia, lebih rendah posisinya dibanding dengan orang yang memiliki kemampuan menolong banyak orang.

Saudaraku, menjadi manusia yang mandiri adalah manusia yang akan memiliki harga diri. Mandiri membuat kita lebih tentram diri. Bangsa mandiri adalah bangsa yang akan mempunyai harga diri. Dalam Alquran ditegaskan bahwa Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu gigih mengubah nasibnya sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan orang-orang yang mengancam, memboikot, menghalangi kita. Kita diberi kemampuan oleh Allah untuk mengubah nasib kita. Berarti, kemampuan kita untuk mandiri dalam mengarungi hidup ini, merupakan kunci yang diberikan oleh Allah untuk sukses dunia dan Insya Allah akhirat kelak.

Keuntungan mandiri, pertama kita akan mempunyai wibawa sendiri. Sehebat-hebat peminta-minta pasti tidak akan mempunyai wibawa. Lihat saja, misalkan, seorang aparat yang berpenampilan gagah tapi gemar melakukan pungutan yang tidak semestinya, pasti akan jatuh wibawanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menjadi negeri yang mempunyai harga diri kita harus menjadi negeri mandiri.

Keuntungan lainnya, seperti yang dikemukakan tadi, kita makin percaya diri dalam menghadapi hidup ini. Orang-orang yang terlatih menghadapi masalah sendiri akan berbeda semangatnya dalam mengarungi hidup ini dibanding dengan orang yang selalu bersandar kepada orang lain.

Kalau negara kita bersandar kepada lembaga-lembaga lain, maka kita harus mau mendengar mereka. Kita menjadi 'tidak bebas'. Ini bahaya! Dan kalau kita bersandar kepada selain Allah, kita akan takut sandarannya hilang. Maka orang-orang yang mandiri cenderung lebih tenang dan lebih tenteram dalam menghadapi hidup ini. Selain dia siap mengarungi, dia juga memiliki mental yang mantap. Ingat! Mandiri itu adalah sikap mental.

Banyaknya kasus korupsi di negara kita, sebenarnya mencerminkan bahwa mental miskin juga mental yang sangat tidak mandiri masih ada. Maunya bergantung kepada fasilitas, bergantung kepada kekuasaan, dsb.

Lantas, apakah langkah yang harus ditempuh untuk menjadi pribadi mandiri? Pertama, mandiri itu awalnya memang dari mental seseorang. Jadi seseorang harus memiliki tekad yang kuat untuk mandiri. ''Saya harus menjadi manusia terhormat dan tidak boleh jadi benalu!''
Ada sebuah kisah. Dulu, ketika dalam suatu kesempatan saya berada di Madinah, tepatnya di daerah Masjid Nabawi. Ketika itu kami melihat ada seorang laki-laki yang tunanetra, telinganya ditutup kapas, dan raut wajahnya sederhana. Dia duduk di atas tikar yang lusuh dan di depannya ada beberapa botol minyak wangi.

Kala itu kami tergerak untuk datang memberinya sedekah. Namun apa yang terjadi, saat itu beliau menolak jika diberi uang sebagai sedekah. Beliau hanya mau menerima uang jika kami membeli minyak wanginya. Dan itu pun hanya mau menerima setara dengan harga minyak wangi yang kami beli, tidak mau dilebihkan. Subhanallah, sungguh pun memiliki keterbatasan fisik, ternyata beliau pantang untuk meminta-minta.

Rasulullah sendiri adalah cermin pribadi mandiri. Kita ingat, beliau lahir dalam keadaan yatim. Dan tidak lama sesudahnya beliau menjadi yatim piatu. Namun, Rasulullah SAW memiliki tekad yang kuat untuk hidup mandiri, tidak menjadi beban bagi orang lain.

Mulai dari usia delapan tahun dua bulan, Rasulullah SAW sudah mulai menggembalakan kambing. Terus berkembang, hingga pada usia 12 tahun sudah melakukan perjalanan sebagai khafilah dagang. Di usia 25 tahun, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Saya kira, di Indonesia saat ini masih sulit kita jumpai pemuda yang berani memberi mahar sebanyak atau setara dengan itu.

Kisah lain menuturkan bahwa seorang sahabat, Abdurrahman bin Auf, ketika berangkat hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau tidak membawa bekal materi apa-apa. Pada saat tiba di Madinah, Abdurrahman bin Auf ditawari sebidang kebun kurma, namun beliau malah minta ditunjukkan jalan ke pasar. Ya! Beliau lebih memilih mencari kail ketimbang diberi ikan. Hasilnya, beliau tumbuh menjadi seorang pengusaha yang berhasil. Bahkan ketika terjadi peperangan dengan kaum kafir, beliau menyedekahkan begitu banyak unta untuk membantu tentara kaum Muslimin.

Jadi, jiwa mandiri ini benar-benar harus ditanamkan sejak kecil. Sebab jika tidak, maka potensi apapun tidak bisa dibuat mejadi manfaat. Kita harus mulai merindukan anak-anak kita tumbuh tidak sekadar menjadi pekerja, tapi menjadi orang yang mampu menciptakan pekerjaan. Ini penting, karena begitu banyak potensi yang ada di bangsa ini tidak tergali. Namun, ini tentunya tidak berarti bahwa mereka yang bekerja pada orang lain tidak mandiri. Para karyawan, buruh, atau pekerja lainnya pun jelas merupakan sosok mandiri. Sebab penekanannya di sini adalah kesungguhan berikhtiar agar tidak menjadi beban bagi orang lain.

Kedua, kita harus mempunyai keberanian. Berani mencoba dan berani memikul risiko. Orang yang bermental mandiri, tidak akan menganggap kesulitan sebagai hambatan, melainkan sebagai tantangan dan peluang. Kalau sudah dicoba, jatuh. Itu biasa. Bukankah waktu kita belajar jalan juga jatuh bangun? Justru kalau tidak berani mencoba, itulah yang kegagalan.

Bahkan pengalaman bangkrut juga dapat menjadi sebuah keuntungan. Artinya, dari kebangkrutannya itulah dia akan belajar untuk memperbaiki lagi usahanya, pengalaman tersebut dapat membuatnya lebih waspada dan lebih semangat lagi agar tidak jatuh pada lubang yang sama. Gagal adalah sebuah ongkos sukses. Gagal itu sebuah informasi menuju sukses, asal benar mengemasnya.
Kunci yang ketiga bila ingin mandiri adalah mempertebal tingkat keyakinan kita kepada Allah. Kita harus yakin, Allah yang menciptakan kita, Allah yang memberikan rezeki kepada kita. Manusia itu tidak mempunyai apa-apa kecuali yang Allah titipkan. Bergantung kepada manusia hanya akan menyiksa diri, karena dia juga belum tentu mampu menolong dirinya sendiri.

Sudaraku, nikmat terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mengenal Allah (ma'rifatullah). Sebab puncak akhlak dan kebahagiaan hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang senantiasa berusaha untuk mengenal Allah. Orang-orang yang selalu yakin terhadap Kebesaran-Nya, Keagungan serta Kekuasaan-Nya. Sehingga dengan bekal keyakinan itu, dia senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya.

Saudaraku, ibadah adalah pondasi. Tanpa ibadah, hidup bagaikan bangunan tanpa pondasi, pasti akan roboh. Tanpa ibadah yang tanggguh, sukses dunia akhirat hanyalah mimpi. Beribadah dengan benar artinya membangun pondasi yang semakin memperjelas visi hidup ini mau dibawa kemana. Allah menciptakan dunia kemudian menciptakan makhluk. Makhluk diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, sedangkan dunia berikut isinya diciptakan hanyalah sebagai sarana agar kita bisa berkarya dan berbekal pulang untuk menghadap Allah.

Saudaraku, gelas kosong maunya diisi. Tetapi mata air melimpah bisa mengisi. Makin kosong dari harga diri, maunya dihargai. Makin melimpah kehormatan dan harga dirinya bisa menghargai. Makin miskin, diri ini ingin diberi. Makin kaya diri kita, batin kita bisa memberi. Memberi penghormatan, memberi penghargaan, memberi akhlak dan kesantunan.
Saudara-saudaraku sekalian, di antara kunci menjaga harga diri kita, marilah kita hindari merasa nikmat dengan mendapatkan sesuatu. Tapi nikmatilah diri kita ketika memberikan sesuatu. Jangan merasa kaya dengan banyak orang yang memberi, tetapi merasalah bahagian ketika kita bisa banyak memberi. Wallahu'alam.
Comments
2 Comments

2 comments:

How do I find someones blogger blogs with their email address?

I have been surfing online more than three hours today, yet I never found any interesting article like yours. It's pretty worth enough for me. Personally, if all website owners and bloggers made good content as you did, the web will be a lot more useful than ever before.

Post a Comment

Terima Kasih telah Berkunjung. Blog Berstatus DoFollow.
Para pengurus Makalah Kita Semua Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. NO SPAM, NO SPAM, NO SPAM dan Sejenisnya.

 
 
 

Facebook

Status Makalah Kita Semua


Page Ranking Tool Site Meter
makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog makalahkitasemua.blogspot.com : Do Follow Blog SevenZero TV - Watch Live Streaming TV online My Ping in TotalPing.com
eXTReMe Tracker

Best Friends Yang Rendah Hati

 
Copyright © 2008 - Makalah Kita Semua , All rights reserved.