dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik keturunan Anglo-Saxon, yang tingkat pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel yang disebutkan.
10 Artikel Populer
- TEORI PENYESUAIAN KERJA
- Link Penting Makalahkitasemua.blogspot.com
- 100% working Cheat codes for gameloft games
- Sejarah Singkat Imam Muslim
- 4 Manfaat Minum Air Putih Saat Bangun Tidur
- Kenali 9 Gejala kanker Ovarium
- Memutihkan Gigi Tanpa Pasta Gigi
- Dolar dari Peoplestring.com (BUKAN SCAM)
- 30 Rahsia Wanita
- Motivasi, Frustasi dan Konflik
Teori Gizberg
Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (1951) pada umumnya dipandang sebagai ahli pertama yang melakukan pendekatan terhadap teori pilihan okupasi (occupational choice) dari sudut pandang perkembangan. Tim ini, yang terdiri dari seorang ekonom, seorang psikiater, seorang sosiolog, dan seorang psikolog, melakukan pengetesan dan mengembangkan sebuah teori pilihan okupasi.
Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi secara empirik sejumlah sampel yang memiliki kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri dari laki-laki yang berasal
dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik keturunan Anglo-Saxon, yang tingkat pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel yang disebutkan.
dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik keturunan Anglo-Saxon, yang tingkat pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel yang disebutkan.
Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan okupasional merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia 17 atau awal masa dewasa. Terdapat tiga periode atau tahapan dalam proses pemilihan okupasi yaitu periode fantasy, tentative, dan realistic Dengan karakteristik sebagai berikut.
Tahapan-tahapan atau Periode dalam Studi Ginzberg
Periode Usia Karakteristik
Fantasi Masa kanak-kanak (sebelum usia 11 tahun) Murni berorientasi bermain pada tahap awal.
Menjelang akhir tahap ini bermain menjadi berorientasi kerja.
Tentatif Awal masa remaja (usia 11-17 tahun) Proses transisi yang ditandai oleh pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja.
Pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai dan perspektif waktu.
Realistik Pertengahan masa remaja (usia 17 tahun) hingga awal masa dewasa Pengintegrasian kapasitas dan minat.
Kelanjutan perkembangan nilai-nilai.
Spesifikasi pilihan okupasi.
Kristalisasi pola-pola okupasi.
Menurut Ginzberg et al., selama periode fantasi, kegiatan bermain secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktivitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja. Periode tentatif terbagi ke dalam empat tahap:
(1) tahap minat, di mana individu membuat keputusan yang lebih definitif tentang suka atau tidak suka.
(2) Tahap kapasitas untuk menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang terkait dengan aspirasi vokasional.
(3) Tahap nilai, yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang gaya-gaya okupasional.
(4) Tahap transisi, yaitu saat di mana individu menyadari keputusannya tentang pilihan karirnya serta tanggung jawab yang menyertai karir tersebut.
Periode realistic terbagi ke dalam tiga tahap.
(1) Tahap eksplorasi, yang berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahap ini, individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi pada umumnya masih belum menentu.
(2) Kristalisasi, yaitu ketika komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut “pseudo-crystallization”.
(3) Tahap spesifikasi, yaitu bila individu sudah memilih suatu pekerjaan atau pelatihan profesi untuk karir tertentu.
Kelompok Ginzberg mengakui adanya variasi individual dalam proses pembuatan keputusan karir. Pola individual perkembangan karir yang tidak sesuai dengan sebayanya disebut menyimpang. Terdapat dua penyebab utama penyimpangan itu, yaitu:
(1) Keterampilan okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini sering menghasilkan pola karir yang dini pula, yang menyimpang dari perkembangan normal; dan
(2) Timing untuk tahap perkembangan realistic itu mungkin secara signifikan lebih lambat datangnya sebagai akibat dari variable-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, berbagai masalah pribadi, dan kekayaan financial.
Dari penelitian ini muncul sebuah proses khas yang sistematis yang didasarkan terutama pada pola penyesuaian diri remaja yang mengarahkan individu ke pilihan okupasi. Pemilihan okupasi merupakan proses bertahap yang dinilai secara subjektif oleh individu yang bersangkutan dalam milieu sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Pilihan okupasi itu dirumuskan selama individu melalui tahapan-tahapan sebagaimana dideskripsikan dalam penelitian ini. Pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan lain yang potensial dicoret.
Pada awalnya, Ginzberg et al. menyatakan bahwa proses perkembangan pembuatan keputusan okupasional itu tidak dapat diputar balik, yaitu bahwa individu tidak dapat kembali secara kronologis ataupun psikologis ke masa lalu untuk mengubah keputusannya. Konklusi ini kemudian dimodifikasinya: individu dapat mengubah keputusannya tetapi tetap menekankan pentingnya pilihan yang dilakukan secara dini dalam proses pembuatan keputusan karirnya.
Dalam kaji ulangnya terhadap teorinya, Ginzberg (1984) menekankan kembali bahwa pilihan okupasional merupakan proses pembuatan keputusan seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari kerjanya. Ini berarti bahwa mereka harus senantiasa menilai ulang bagaimana mereka dapat meningkatkan kecocokan antara perubahan tujuan karirnya dengan realita dunia kerja.
Telah terdapat sejumlah evidensi yang mendukung prinsip utama dari teori ini. O’Hara dan Tiedeman (1959) menginvestigasi keempat tahap dari periode tentative (minat, kapasitas, nilai, dan transisi) dan menemukan bahwa tahap-tahap itu memang terjadi sesuai dengan urutan sebagaimana diteorikan, tetapi pada usia yang lebih dini. Studi oleh Davis, Hagan, dan Strouf (1962) dan Hollender (1967) cenderung mendukung postulat tentang konsep perkembangan vokasional, meskipun waktu dan urutan tahap-tahap tersebut belum sepenuhnya didukung.
Konseptualisasi perkembangan proses pembuatan keputusan karir tersebut sangat bertentangan dengan pendekatan trait-and-faktor. Meskipun belum sepenuhnya teruji, tetapi teori ini memberikan suatu deskripsi tentang suatu proses perkembangan untuk pola perkembangan vokasional yang normal maupun menyimpang. Teori ini lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori; artinya bahwa teori ini tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses perkembangannya. Tampaknya kegunaan utama dari teori ini adalah dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi mengenai perkembangan karir.
Sumber:
Labels:
Bimbingan Konseling karier,
Psikologi Anak,
Teori Psikologi Konseling
Related Articles
5 Comments
5 comments:
-
mantap artikelnya,setidaknya membatu kita dalam membuat keputusan,begitukah?
-
sip banget....coba kuklik linknya ah...thanks sob utk infonya
-
Anonymous said... [Reply to comment]
-
TQ banget, membantu untuk tugas euy
-
teori ini yg agak sulit dipahami..
-
Wow, that's what I was exploring for, what a information! present here at this web site, thanks admin of this web page.
Post a Comment
Terima Kasih telah Berkunjung. Blog Berstatus DoFollow.
Para pengurus Makalah Kita Semua Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. NO SPAM, NO SPAM, NO SPAM dan Sejenisnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)